Farah Diba Rahmadi, Selebgram Banjarmasin Korban Penganiayaan Suami Siri

Farah Diba Rahmadi Selebgram Banjarmasin

FENOMENAVIRAL.COMFarah Diba Rahmadi adalah seorang selebgram Banjarmasin yang namanya viral karena menjadi korban kasus penganiayaan oknum polisi.

Selebgram Banjarmasin bernama Farah Diba Rahmadi menjadi korban penganiayaan dari suami sirinya sendiri yang merupakan oknum polisi bertugas di Polda Kalsel.

Inisial oknum polisi itu Bripda MDZM, usianya baru menginjak 20 tahun. Sementara Farah Diba Rahmadi, perempuan 28 tahun yang dikenal masyarakat sebagai Selebgram.

Farah Diba Rahmadi memberikan keterangan kepada wartawan bahwa suami sirinya itu baru setahun menjadi anggota Polri dan bertugas di Ditreskrimum Polda Kalsel.

Siapa Nama Selebgram Banjarmasin?

Selebgram Banjarmasin bernama Diba dan MDZM berkenalan pada Mei 2020 silam. Kala itu pelaku belum menjadi anggota Polri. Setelah lama berpacaran, pelaku mendatangi ibu Diba.

Kedatangan pria itu bertujuan untuk melamar putrinya. “Kami memang menikah siri, diselenggarakan 24 April 2022 tadi. Ada penghulu, disaksikan beberapa keluarga,” katanya.

“Tetapi MDZM tak menandatangani surat nikah dan melarang acara foto-foto,” sambungnya. Menikah siri, sebab secara aturan, MDZM masih dalam status ikatan dinas.

Baru kelar pendidikan dan belum boleh menikah. Seiring waktu, perilaku MDZM mulai berubah. Terutama sejak mengenal dunia hiburan malam. Semakin jarang pulang.

Hingga akhirnya Diba mengetahui pasangannya menjalin hubungan asmara dengan seorang pemandu lagu yang bekerja di sebuah tempat hiburan malam (THM) di Banjarmasin.

“Saya pergoki dia di kamar hotel nomor 410. Istri mana yang tak marah melihat suaminya berduaan dengan perempuan lain? Itu terjadi 18 Oktober kemarin,” bebernya.

Kronologi Selebgram Banjarmasin Jadi Korban Pemukulan

Di hotel, mereka cekcok mulut. MDZM bahkan memukuli istrinya. Diba kemudian menghubungi seorang polisi senior untuk meminta tolong. Mengetahui itu, penganiayaan terhadap dirinya semakin menjadi-jadi.

Kepalanya di pukul, perutnya di tendang. Komplet dengan ancaman. “Katanya, apabila saya nekat meninggalkannya bakal di bunuh,” ujarnya menirukan kata-kata MDZM.

Diba pun menguatkan hati untuk melapor ke polisi. Mulanya ia mendatangi Mapolsek Banjarmasin Tengah. “Karena saya menikah siri, diarahkan ke Propam Polda Kalsel,” katanya.

Kedua belah pihak orang tua ditemukan hingga dibuat kesepakatan. Diba bersedia, sebab ia masih menghargai mertuanya yang begitu baik kepada dirinya.

“Pada saat itu juga dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Jika berulang, siap di sanksi sesuai hukum yang berlaku,” ujarnya.

Oknum Polisi ini kemudian diamankan Propam. Tapi besok harinya sudah menghilang. Setelah dicari-cari ternyata ia menginap di sebuah hotel di kawasan Banjarmasin Tengah.

Lagi-lagi menemui pemandu lagu pujaannya. “Saya jemput bersama ibunya untuk di bawa pulang ke rumah. Kondisinya seperti dalam pengaruh obat-obatan,” katanya.

“Saya suntikkan vitamin, setelah itu dia tertidur. Begitu terbangun menendang perut saya. Mengamuk di rumah,” tutur Farah Diba Rahmadi menceritakan kronologi.

Setelah agak tenang, MDZM memilih ikut mamanya pulang. Tapi ia justru diturunkan lagi di hotel yang tadi. “Itu tanggal 19 September, saya langsung menghubungi Propam. Dia dijemput, tapi lagi-lagi menghilang,” ujarnya.

Farah Diba Rahmadi dan Suami Sirinya Dipanggil Wadir Krimum

Dua hari kemudian, pasangan ini di panggil Wadir Krimum. Di sana mereka berdua diberi wejangan. Atas pernikahan siri itu, MDZM juga di hukum piket selama sebulan.

Diba malah iba, menawar agar sepekan saja. Namun, selama dalam masa hukuman, MDZM ternyata masih bisa keluyuran ke THM.

Padahal Diba mengira suaminya masih dalam masa hukuman. Sebab ia tak kunjung pulang ke rumah kontrakan di kawasan Pal Enam, Banjarmasin Timur.

“Saya tanya ke markasnya, mereka beralasan tak bisa menjaganya selama 24 jam. Malah ada di room THM. Saya chat dia. Pulangnya menyeret saya dan mengancam dengan pisau chopper.”

“Saksinya pembantu saya sendiri. Setelah tenang, MDZM beranjak, dalihnya hendak tugas piket. Saya tahu itu akal-akalan dia saja. Keesokannya malah check in di hotel. Bersama perempuan itu lagi,” ujarnya pilu.

Ibu Diba, Junainah berharap kasus ini di usut tuntas. “Saya menuntut keadilan untuk putri saya. Ini murni penganiayaan. Saya pun baru tahu, Diba selama ini tak pernah menceritakannya.”

“Dia memendamnya sendiri,” ungkap perempuan 61 tahun yang terbaring karena serangan stroke ini. Junainah menyesal merestui lamaran MDZM.

“Saya tidak ikhlas putri saya diperlakukan begini. Padahal saya mengenal MDZM sebagai anak baik dari keluarga baik-baik pula. Tetapi setelah dia menjadi seorang polisi, dia hilang kendali. Senakal itu,” sesalnya.

Laporannya telah diterima Satreskrim Polresta Banjarmasin. Kasusnya sedang di proses. “Kasusnya naik sidik,” jawab Kasat Reskrim Polresta Banjarmasin Kompol Thomas Afrian.