Fenomena Aphelion 2023 Hoax, Begini Penjelasan BMKG Indonesia

Fenomena Aphelion 2023 Hoax

FENOMENAVIRAL.COM – Belakangan ini sedang hangat diperbincangkan melalui media sosial berupa narasi Fenomena Aphelion 2023 Hoax. Beriku ulasan lengkapnya.

Kebenaran tentang Fenomena Aphelion 2023 masih menjadi kabar yang paling menghebohkan. Banyak informasi yang beredar menyebutkan akan terjadi fenomena aphelion.

Sebagaimana kita ketahui, Hoax adalah informasi palsu yang disebarkan secara luas melalui media sosial, email, atau platform online lainnya.

Tujuannya adalah untuk menipu atau menyesatkan orang dan seringkali digunakan untuk menghasilkan klik atau lalu lintas di situs web atau saluran media sosial tertentu.

Dalam hal Fenomena Aphelion 2023 hoax, informasi yang disebarkan adalah bahwa bumi akan mengalami peristiwa langka pada tahun 2023, yaitu ketika bumi dan matahari akan berada di sisi yang berlawanan dengan galaksi Bima Sakti dan akan menyebabkan “kegelapan total” selama enam hari.

Namun, para ilmuwan dan ahli astronomi telah membantah klaim ini dan menyatakan bahwa peristiwa semacam itu tidak mungkin terjadi.

Mereka menjelaskan bahwa aphelion, yaitu saat bumi berada di titik terjauh dari matahari, terjadi setiap tahun pada bulan Juli, tetapi tidak akan mempengaruhi pencahayaan di bumi.

Sebagai kesimpulan, Fenomena Aphelion 2023 hoax adalah informasi palsu yang disebarkan melalui internet dan media sosial. Ini mengandung klaim yang tidak benar dan tidak didukung oleh fakta ilmiah.

Oleh karena itu, penting untuk selalu memeriksa sumber dan keabsahan informasi sebelum membagikannya secara online.

Apa itu Fenomena Aphelion 2023?

Aphelion 2023 adalah fenomena ketika Bumi mencapai titik terjauh dari Matahari selama tahun tersebut. Fenomena ini terjadi setiap tahun pada tanggal yang berbeda, karena orbit Bumi sekitar Matahari tidak selalu sama setiap tahun.

Pada saat Aphelion 2023 terjadi, Bumi akan berjarak sekitar 152,1 juta kilometer dari Matahari. Jarak ini sekitar 5 juta kilometer lebih jauh dari saat Bumi berada di titik terdekat dengan Matahari, yang disebut perihelion.

Fenomena Aphelion 2023 tidak akan terlihat secara langsung oleh mata manusia, karena perbedaan jaraknya tidak begitu signifikan.

Namun, fenomena ini memengaruhi iklim di Bumi, karena jarak yang lebih jauh dari Matahari mengurangi jumlah sinar matahari yang diterima oleh Bumi, sehingga suhu di beberapa daerah bisa menjadi lebih dingin.

Aphelion 2023 juga menunjukkan bahwa gerak Bumi tidak selalu berbentuk lingkaran sempurna dalam orbitnya sekitar Matahari. Gerak ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi dari planet lain dalam tata surya dan faktor-faktor lainnya.

Secara keseluruhan, fenomena Aphelion 2023 menunjukkan keunikan dan kompleksitas dari sistem tata surya yang kita tempati, serta pentingnya mempelajari gerak planet dan efeknya terhadap Bumi dan lingkungan kita.

Fakta Fenomena Aphelion 2023 Hoax

Plt. Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Urip Haryoko membantah klaim fenomena Aphelion membuat suhu lebih dingin.

“Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di Bumi. Hal itu termasuk pada periode Bumi letaknya lebih dekat dengan Matahari (Perihelion)” kata Haryoko.

Menurut Haryoko, cuaca dingin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah karena Aphelion, namun akibat faktor-faktor lain di luar sebab Bumi berada di jarak terjauh dari Matahari.

Di waktu yang sama, secara umum, wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.

Dikutip dari situs Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Aphelion merupakan keadaan dimana titik orbit Bumi terjauh dari Matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.

Saat fenomena Aphelion terjadi, diameter matahari akan terlihat lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen.

Selain itu, saat posisi matahari di utara, terjadi tekanan udara di belahan utara yang lebih rendah dibandingkan belahan selatan yang mengalami musim dingin.

Namun, LAPAN menyebutkan posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari tidak akan berpengaruh pada suhu maupun panas yang diterima bumi. Panas dari matahari akan terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi yang juga dipengaruhi pola angin.

Penelusuran dilanjutkan dengan memeriksa tautan yang dicantumkan dalam informasi tersebut yang mengarah pada artikel berjudul “Mengenal Fenomena Aphelion, Biar Tak Termakan Hoaks yang Sempat Beredar” dimuat oleh situs techno.okezone.com.

Peneliti Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangeran menyatakan Aphelion tidak berdampak pada kenaikan maupun penurunan suhu di permukaan Bumi. Namun, faktor klimatologis atau iklim yang turur berperan besar dalam perubahan suhu.