FENOMENA VIRAL – GODOKSA atau fenomena mati kesepian sedang berkembang di Korea Selatan. Tak hanya orang tua, anak muda juga banyak jadi korban fenomena godoksa.
Melansir dari The Korea Herald, fenomena kematian kesepian tertinggi dialami oleh kelompok usia 40 sampai 59 tahun, di susul juga dengan kelompok usia 20-an dan 30-an.
Artinya mulai dari kelompok usia paruh baya, hingga kelompok usia anak muda mendominasi kasus kematian di Korea Selatan yang mereka sebut sebagai fenomena godoksa.
Menurut data Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea, jumlah kasus fenomena kematian kesepian pada tahun 2016 mencapai 1.833 kasus, jumlah itu naik hampir 80% dari tahun 2012.
Bahkan data dari Pemerintah Daerah Busan, menunjukkan sebanyak 27 orang meninggal secara menyendiri selama periode tiga bulan sejak Juni 2017. Dengan 46% diantaranya adalah kelompok usia 40-an dan 50-an.
Seoul Welfare Foundation juga menganalisis kelompok usia 50-an memuncaki dengan 524 kasus, dari 3.343 kematian kesepian di Seoul pada tahun 2013.
Jumlah itu bahkan lebih tinggi dari kelompok usia 60-an dan 70-an, dengan masing-masing kasus 368 dan 385 kasus.
Apa Penyebab Fenomena Mati Kesepaian atau Godoksa?
Sebagian besar fenomena mati kesepian atau godoksa di picu dengan kenaikan jumlah rumah tangga yang hanya di tinggali satu orang.
Pada tahun 2010 tercatat 4,14 juta rumah tangga yang hanya di tinggali satu orang, angkat tersebut terus meningkat pada tahun 2016 menjadi 5,29 juta.
Selama periode 2010-2016 itu didominasi oleh kelompok usia muda 20-an dan 30-an, dan usia paruh baya 50-an menunjukkan peningkatan jumlah dari 590.791 menjadi 911.859 rumah tangga.
Selain itu pensiun dini, perceraian, kesehatan yang memburuk, dan pengangguran anak muda yang tinggi, dapat meningkatkan isolasi sosial yang menjadi penyebab terjadinya godoksa, bagi kelompok paruh baya dan anak mudanya.
Karena hal itulah seruan bagi pemerintah Korea untuk memperluas cakupan tindakan ke semua kelompok usia, untuk mencegah orang yang hidup sendiri dari kematian kesepian.
“Orang dapat mengalami frustasi psikologis dan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat karena mereka mudah terkena perubahan sosial ekonomi,” kata Lee Ho-sun, pemimpin Pusat Konseling Lansia Korea.
Lee juga menekankan pentingnya untuk memperluas langkah-langkah pencegahan ke semua kelompok usia di Korea, terlebih kelompok paruh baya.
“Orang tua dirawat melalui kunjungan pengasuh ke rumah mereka atau dukungan pemerintah. Tetapi orang-orang selain orang tua ditempatkan di luar pemerintah. sistem untuk merawat mereka.” Tekan Lee Ho-sun.